“kenapa harus kuliah?” toh ujung ujung nya kita dapet ijazah dan kerja kerja juga. Dengan lantang kalimat Tanya tersebut keluar dari mulut muda gue yang berjiwa ideal dan masih berapi api. Pertanyaan yang keluar sebagai bentuk protes atas kehidupan yang “saat itu” tidak memungkinkan saya untuk melanjutkan pendidikan karena biaya dari orang tua yang tidak memadai. Sehingga pikiran otomatis menciptakan paradigma negative tentang mereka yang lebih beruntung yang berhasil melanjutkan pendidikan.
Suatu pemikiran yang memang sangat logis kala itu ,karena mungkin perspektif yang sempit dari mata seorang pengangguran yang putus asa. Suatu reaksi nyata dari pembelajaran dari kehidupan yang dialami. Suatu api yang membakar semua saran yang masuk untuk melanjutkan kulilah setelah mendapat kerja.
Lalu pria paruh baya itu pun tersenyum bijak dan berkata, “nanti de yang kasih tahu bapak yaa”. Suatu pernyataan yang bagai air yang menentramkan kobaran api. Bagaikan hujan di tengah kemarau panjang yang tlah lama di nantikan. Bagai kilau pelangi yang terbit setelah badai. Pernyataan yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang muncul dari lubuk hati anak muda bodoh ini.
Tapi entah kenapa petang itu wajah si pria paruh baya itu begitu menyejukan untuk dilihat, senyum ramah nya terukit ikhas dan sangat nikmat tuk dipandang. Sehingga jawaban seperti itu pun berhasil meredam ribuan deretan sanggahan yang sudah gue siapkan sebelum nya. Ya, gue menyerah, tak lagi kulanjutkan debat yang sudah kupersiapkan sebelum nya. Dan obrolan kami pun berlanjut ke topic topic lain seperti yang sudah sudah.
Lama waktu berlalu sejak saat itu. Hari ini aku sedang berada di semester 3 di jurusan manajemen informatika di salah satu PTS di Jakarta. Akhir nya penantian panjang dari pengertian akan maksud dari peryataan tersebut dapat kujawab. Pengertian yang memang lebih indah kurasa dengan tidak langsung mendapat jawaban darinya, melainkan melalui sebuah proses panjang berupa hikmah. “Lalu apa sih jawaban dari pertanyaan ku diatas” ?
…………………………………………………………………………………………………………………..
Setahun sudah gue berkerja untuk perusahaan ini. Perusahaan yang menjadikan hidup gue lumayan lebih layak. Perusahaan yang juga sangat berjasa atas berlanjut nya kehidupan akademik gue. Tak terasa, masa bakti gue tuk perusahaan ini akan segera habis dalam beberapa bulan ke depan. Dan akhir nya gue harus mencari pekerjaan baru tuk membiayai hidup gue.
Sedikit flash back ke belakang, sebenar nya gue senang berada di sini. Terutama ketika akhir bulan tiba. gue bisa membiayai kehidupan gue sendiri. Membeli fasilitas yang selama ini tak terpikir akan bisa gue milikin. Tapi akhir akhir ini. Setelah setahun lebih berlalu, semua aktifitas ini kian membuat gue jenuh. Lingkungkan kerja, jalan menuju tempat kerja, semua rutinitas kian mengaburkan pandangan gue tentang kehidupan yang selama ini gue impikan. Ya, sy terlalu lama disini. Aku bosan, aku ingin keluar dari perusahaan ini. Dan masa habis kontrak yang selama ini jadi momok bagi kebanyakan buruh pabrik ini pun kini seakan jadi pintu keluar penjara bagi ku. Pintu yang mengeluarkan aku dari rutinitas “memuakan” yang selama ini kujalani. Akhir nya aku akan bebas !!
Dari perasaan menggairah kan tentang kebebasan diatas kemudian aku teringat satu hal, “bagaimana aku membiayai hidup ku setelah ini?” biaya kuliah, biaya makan, biaya transfortasi, dan lain sebagai nya.
Dua hal yang sungguh jadi kontradiksi dan membuatku bingung bereaksi. Harus kah aku senang ketika tidak mendapat penghasilan lagi ?? atau haruskah aku bersedih karena keluar dari rutinitas memuakan yang menjadikan ku tidak bisa melakukan hal hal ideal seperti yang ku impikan dulu ??
entah lah,, tapi dari kejadian ini lah aku dapat menyimpulkan jawaban dari apa yang guru ku maksud saat itu. Sebuah pertnyaan klise yang muncul dari tiap anak muda sepanjang peradaban hidup manusia.
entah lah,, tapi dari kejadian ini lah aku dapat menyimpulkan jawaban dari apa yang guru ku maksud saat itu. Sebuah pertnyaan klise yang muncul dari tiap anak muda sepanjang peradaban hidup manusia.
“untuk apa kuliah, toh akhir nya kerja kerja juga”.
“KARENA KITA TIDAK HIDUP UNTUK BERKERJA bung!!!” itulah jawaban ku. Karena kita
harus mempertanggung jawabkan waktu yang diberikan pada kita untuk melakukan hal hal baik yang di perintahkan tuhan pada kita. Karena sejati nya kita adalah mahluk bebas yang mampu, berdiri diatas dunia,yang memimpin suatu alam. Yang menyebrangi samudra dan terbang ke angkasa.
Lalu kenapa kita harus seolah “terpaku” pada paradigma yang mewajibkan kita berkerja setelah lulus kuliah atau sekolah ?? ayolah kawan. Anak muda tidak sepatut nya seperti itu, jangan biarkan hidup mengatur kalian. Berpikir lah “out of the box” jika kita ingin menjadi seorang yang berharga bagi masa depan kelak.
Sedikit mengutip dari proklamator kemerdakaan RI Ir.soekarno “beri aku 10 pemuda, niscaya kan ku goncang kan dunia”. Jika kita lebih menelisik dari maksud perkataan soekarno diatas, mungkin maksud dari “pemuda” diatas adalah pemuda pemuda yang berhasil berpikiran “diluar” batas kewajaran. Sehingga berhasil menciptakan inovasi baru dalam berpikir dan menghapus pemikiran pemikiran sebelum nya dengan membuktikan bahwa pendapat nya lebih relevan.
Terima kasih jawaban nya pak,, mungkin tulisan ini tidak anda baca, tapi mudah mudahan ilmu yang bapak sampaikan tersebar luas bagi orang orang yang membaca tulisan ini sehingga pahala yang tak terputus masuk ke tabungan yang akanmengantarkan bapak ke surga kelak. Amiin..
0 komentar:
Posting Komentar